Kamis, 17 Mei 2012

Rajab Bulan Allah yang Mulia

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Saat kita telah memasuki awal bulan Rajab, Rajab adalah salah satu bulan istimewa dalam kalender islami. Kata Rajab berasal dari kata at-tarjib, yang berarti "penghormatan" (at-ta'zhim). Barangkali rahasia penamaan ini karena orang-orang Arab mengkhususkannya dengan berbagai penghormatan.

Beribadah di bulan Rajab memiliki ganjaran yang sangat besar, terutama dengan berpuasa serta beristighfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Dan malam pertama bulan Rajab merupakan malam yang istimewa, sebab doa sangat besar kemungkinan diterimanya di malam ini. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Ada lima malam ketika doa di malam-malam itu tidak ditolak: malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya'ban, malam Jum'at, malam `Idul Fithri, dan malam nahar (Idul Adha)."

Demikian hadits yang disebutkan oleh As Suyuthi dalam Al-Jami' Ash Shaghir riwayat Ibnu 'Asakir dari Abu Umamah.

Bulan Rajab merupakan awal rangkaian tiga bulan yang istimewa dan mulia, yaitu Rajab, Sya`ban, dan Ramadhan. Hadits mengenai keutamaan ketiga bulan ini pun cukup banyak. Di antaranya, "Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah Adapun Sya`ban, itu adalah bulanku, sedang Ramadhan adalah bulan umatku." (Disebutkan dalam Musnad Al Firdaus dari Anas bin Malik ra.)

Dengan memasuki bulan Rajab, berarti saat-saat kedatangan bulan Ramadhan semakin dekat. Agar nantinya kita dapat memanfaatkan bulan suci itu dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak ibadah, persiapannya mesti dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelumnya, khususnya ketika memasuki bulan Rajab. Salah satu caranya adalah dengan menyucikan diri dengan banyak beristighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan bulan Rajab memang salah satu saat yang terbaik untuk banyak beristighfar.

Bertaubat dan memohon ampun memiliki berbagai manfaat dan keutamaan. Salah satunya adalah memudahkan rizqi, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, "Banyak memohon ampun dapat menarik (mendatangkan) rizqi." Sedangkan dalam ayat Al-Quran dikatakan, "Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta dan anakanakmu, dan mengadakan untukmu kebunkebun dan dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh: 10-12).

Rasulullah SAW juga bersabda, "Perbanyaklah istighfar oleh kalian, karena, barang siapa membanyakkannya, Allah akan memberinya kelapangan dari setiap kedukaan dan kesedihan serta menganugerahinya rizqi yang tak disangka-sangka." Dalam Sunan Abi Dawud dan Sunan Ibnu Majah terdapat hadits dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa merutinkan istighfar, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari setiap kesedihan, dan memberinya rizqi yang tak diduga-duga."

Di antara doa yang sangat baik untuk kita amalkan sepanjang bulan Rajab adalah doa singkat berikut: Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'ban wa ballighnaa ramadhan
"Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan."


Rajab Bulan yang Mengandung Peristiwa Besar

Secara etimologis, Rajab mengandung makna "kebesaran" atau "kemuliaan". Bulan Rajab berarti bulan yang mengandung peristiwa besar, dan sangat dimuliakan. Tak hanya masyarakat Arab pasca-Islam yang menamai bulan ini Rajab. Zaman sebelum Islam diturunkan, masyarakat Jahiliyah telah menamai bulan ini dengan nama itu. Mereka memuliakan bulan ini dengan mengharamkan peperangan atau pertumpahan darah. Rasulullah SAW pun kemudian menetapkan kebiasaan tersebut. Beliau mengharamkan pertumpahan darah di bulan Rajab.

Oleh karena itu, Rajab juga disebut Rajab al-Haram, karena termasuk salah satu di antara empat bulan haram, yaitu bulan yang diharamkan melakukan peperangan di dalamnya. Bulan-bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Ia juga dinamakan Rajab al-Fard, karena terpisah sendiri dari tiga bulan haram lainnya yang berurutan dan berada pada lima bulan setelah bulan lainnya.

Nama lain bulan Rajab adalah Rajab Mudhar. Dinamakan demikian karena suku Mudhar sangat mengagungkan bulan ini dan amat menjaga kehormatannya.

Dalam sebuah risalahnya yang berjudul Tabyin al-'Ajab bima Warada fi fadhli Rajab, Al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Hajar Al-Asqalani menyebut nama lain bulan Rajab dengan 18 nama. Yang terkenal adalah 'Al-Ashamm" (yang tuli), karena tidak terdengarnya gemerincing pedang yang saling beradu, disebabkan karena Rajab itu termasuk bulan haram yang diharamkan adanya peperangan. Nama unik lainnya "Munashil al-Asinnah"(keluamya gigi), dengan maksud makna senada dengan nama pertama disebutkan, yakni anak panah besi yang dicopotkan seperti mencabut gigi.

Nama lainnya Al-Ashabb (limpahan), karena limpahan rahmat yang banyak diturunkan pada bulan itu.
Keutamaan Rajab termasuk dalam keumuman fadhilah bulan-bulan haram (Al-Asy-hur AI-Hurum), sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua betas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumf, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa." (QS At-Tawbah: 36).

Perincian empat bulan ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan AlBukhari dan Muslim, yakni tiga bulan yang berurutan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram), dan satu bulan terpisah, yakni Rajab, yang terletak di antara bulan Jumadil Akhirah dan Sya'ban.
Bulan Rajab mengingatkan kita pada peristiwa-peristiwa bersejarah. Di antaranya hijrah pertama dalam sejarah Islam, peristiwa Perang Tabuk, peristiwa Isra dan Mi'raj, dan kelahiran ulama besar Imam Asy-Syafi'i.


Amaliyah di Bulan Rajab

Selain sebagai bulan Allah, sebagaimana disabdakan Rasulullah, ulama juga menyebut Rajab sebagai bulan taubat atau bulan istighfar. Terutama pada malam pertama bulan Rajab, yang disebut-sebut Rasulullah sebagai malam ketika doa tidak akan tertolak.
Beliau bersabda (yang artinya) :

“Ada lima malam yang jika digunakan untuk berdoa tidak akan tertolak: malam pertama bulan Rajab, malam pertengahan bulan (nishfu) Sya’ban, malam Jum’at, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.” (Imam Suyuthi dalam Al-Jami’ menyebutkan hadits tersebut riwayat ibnu ‘Asakir dari Umamah RA).

Bacaan terbaik di bulan Rajab adalah Sayyidul Istighfar, penghulu doa permohonan ampunan, atau doa-doa taubat lain yang banyak terdapat dalam Al-Quran. Baik juga membaca doa-doa permohonan ampunan yang diajarkan para sahabat Nabi dan ulama salaf yang terdapat dalam kitab-kitab mu’tabar. Seperti Istighfar Syaikh Abdul Qadir Jailani yang terdapat dalam kitab Al-Ghunyah, Istighfar Rajab-nya Sayyid Hasan bin Abdullah Ba’alawi, dan shalawat taubat yang dikarang oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Biasanya para ulama yang mengajarkan doa-doa taubat juga menerangkan keutamaannya. Syaikh Abdul Hamid Al-Qudsi, seorang ulama yang mengajar di Masjidil Haram, misalnya, dalam kitabnya, Kanzun Najah was Surur menjelaskan, bahwa Imam Wahb bin Munabbih berkata : “Barang siapa membaca ‘Allahummaghfir li warhamni wa tub’alayya, (Ya Allah ampunilah hamba, sayangi hamba, dan terimalah taubat hamba) tujuh puluh kali pagi dan sore, tubuhnya tidak akan tersentuh api neraka.”

Amaliah lain yang dianjurkan di bulan Rajab adalah berpuasa. Paling sedikit satu hari, yakni di hari pertama. Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah Al-Bahiliyah dari ayahnya , Rasulullah Bersabda,(yang artinya):

“Berpuasalah kalian pada bulan-bulan haram atau tinggalkan (puasa).” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Sedangkan kita sudah mengetahui bahwa Rajab termasuk bulan-bulan haram (Al Asyhurul Hurum). Maka hadits tersebut diatas secara umum juga menunjukkan kesunnahan puasa di bulan Rajab.

Diriwayatkan pula dari Abu Qilabah, seorang pembesar Tabi’in, beliau berkata, “Di surga terdapat sebuat istana yang diperuntukkan bagi orang-orang yang puasa di bulan Rajab”. Perihal Abu Qilabah, Imajm Baihaqi berkata, “Beliau adalah pembesar Tabi’in, tidaklah beliau menyampaikan sesuatu kecuali karena mendengar generasi diatasnya (para sahabat)”.

Maka dari itu tersebutlah beberapa ulama salaf yang melakukan puasa Rajab sebulan penuh seperti Imam Abdullah bin Umar, Hasan Al Bashri, Abu Ishaq As Sabi’iy dan lainnya.
Lain lagi dengan Imam Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Sa’id Al Anshori beliau tidak menyukai berpuasa sebulan penuh dalam Rajab karena ada keterangan dari sahabat Abdullah bin Abbas bahwa beliau tidak senang jika Rajab dipakai puasa sebulan penuh. Oleh karenanya untuk menghindari hal tersebut, kata Imam Ahmad bin Hambal : “Hendaknya seseorang tidak puasa satu atau dua hari di bulan Rajab”.

Hal ini rupanya sejalan dengan pendapat Imam Asy Syafi’I, beliau berkata : “Aku tidak suka jika seseorang berpuasa sebulan penuh seperti dia berpuasa Ramadhan. Alasannya adalah jangan sampai perbuatannya tadi diikuti oleh masyarakat awam (yang jahil) sehingga dikhawatirkan mereka akan menyangka bahwa hal itu hukumnya wajib. Dan akan hilang kemakruhan mengkhususkan Rajab dengan puasa tersebut, jika digabung dengan puasa sunnah lainnya, seperti berpuasa Rajab sebulan penuh dan dilanjutkan dengan puasa Sya’ban. (maka yang demikian tidaklah makruh)”.

Hadist lainnya diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Dawud, yang dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah, “Usamah berkata pada Nabi SAW, ‘Wahai Rasulullah, saya tak melihat Baginda melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang dalam bulan Sya’ban’.

Rasulullah menjawab, “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.”
Menurut Al-Syaukani, dalam kitab Naylul Authar bab puasa sunnah, ungkapan Nabi “Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang sering dilupakan kebanyakan orang” itu secara tersirat menunjukkan, pada bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa.

Hadist lain yang menerangkan keutamaan bulan Rajab, antara lain, Imam Ath-Thabarani meriwayatkan dari Sa’id bin Rasyid, Rasulullah SAW bersabda, (yang artinya):
“Barang siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, laksana ia puasa setahun. Bila berpuasa tujuh hari, ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahannam. Bila berpuasa delapan hari, dibukakan untuknya delapan pintu surga. Bila berpuasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…”

Ada lagi riwayat lain, “Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa berpuasa sehari pada bulan Rajab, ia akan dikaruniai kesempatan minum dari sungai tersebut.”
Meski begitu, menurut Imam Suyuthi dalam al-Haawi lil Fataawi, hampir semua hadist tentang puasa Rajab tersebut berstatus Dha’if (kurang kuat). Akan tetapi hadits dha’if sebagaimana disepakati Ulama ahli hadits, dapat digunakan untuk memotivasi diri dalam fadhailul A’mal (mengerjakan amal-amal kebajikan), selagi tidak terlalu berat ke-dha’ifan-nya atau tidak ada dalam sanadnya seorang rawi yang suka berdusta atau dituduh suka berdusta.

Ada lagi satu amaliyah yang hendaknya kita ikuti dari Rasulullah, yaitu berdoa di bulan Rajab sebagaimana telah beliau ajarkan. Dari sahabat Anas bin Malik dia berkata, Rasulullah Saw jika telah memasuki bulan Rajab beliau banyak berdoa: Allahumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighna Ramadhan (yang artinya : Ya Allah berikanlah keberkahan buat kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan).

As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dalam kitabnya Dzikrayat wa Munasabat berkata, “ Hadits diatas adalah dalil dianjurkannya berdoa agar kita tetap hidup sehingga mendapati saat atau waktu yang mulia agar dapat memantapkan amal soleh pada waktu-waktu tersebutr. Sebab si mukmin tidak akan bertambah umurnya kecuali amal kebaikannya pun ikut bertambah. Sedangkan menurut Rasulullah Saw ‘Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebajikan amalnya’. Bahkan banyak dari salaf pendahulu kita mereka menginginkan agar meninggal dunia, menghadap kepada Allah setelah melakukan amal soleh seperti puasa atau sepulang dari Haji “.

Mudah-mudahan kita semua diberkati di bulan mulia ini dan disampaikan kepada bulan-bulan mulia berikutnya dalam keadaan sehat afiat, dilingkupi taufiq dan hidayah-Nya. Amin